
Polisi di Jambi Tewas Dianiaya Anggota Ormas, Pelaku Ditangkap
Insiden mengejutkan terjadi di Provinsi Jambi ketika seorang anggota kepolisian tewas setelah mengalami
penganiayaan brutal yang diduga dilakukan oleh anggota organisasi kemasyarakatan (ormas).
Kejadian ini berlangsung di salah satu wilayah padat aktivitas masyarakat, dan sempat membuat geger warga setempat.
Menurut keterangan awal dari pihak kepolisian, korban berinisial Aipda RS (45) sedang bertugas
dalam kapasitas pengamanan dan pengawasan kegiatan masyarakat.
Ia terlibat dalam upaya mediasi antara kelompok masyarakat dan sekelompok anggota ormas yang tengah berselisih.
Namun, situasi yang awalnya terkendali mendadak berubah ricuh, hingga mengarah pada tindakan kekerasan.
Korban sempat dianiaya secara brutal oleh sejumlah orang.
Meski telah dilarikan ke rumah sakit dalam kondisi kritis, nyawanya tidak tertolong akibat luka
dalam yang cukup parah, termasuk benturan keras di kepala dan dada.
Polisi di Jambi Tewas Dianiaya Anggota Ormas, Pelaku Ditangkap
Tidak butuh waktu lama bagi pihak kepolisian untuk mengidentifikasi dan menangkap pelaku utama dalam penganiayaan tersebut.
Dari hasil penyelidikan awal, pelaku diketahui merupakan anggota dari salah satu ormas yang memiliki rekam jejak konflik di wilayah tersebut.
Pelaku berinisial AR (36) ditangkap di tempat persembunyiannya beberapa jam setelah kejadian.
Ia kini tengah ditahan di Mapolda Jambi untuk menjalani proses hukum lebih lanjut. Selain AR, polisi juga masih memburu beberapa orang lain yang diduga terlibat dalam pengeroyokan terhadap korban.
Kapolda Jambi dalam pernyataan resminya menyampaikan bahwa tidak akan ada toleransi terhadap tindakan kekerasan terhadap aparat negara.
“Kami akan menindak tegas pelaku penganiayaan terhadap anggota kami. Proses hukum akan berjalan seadil-adilnya, tanpa pandang bulu,” tegasnya.
Reaksi Keluarga dan Rekan Korban
Kematian Aipda RS meninggalkan duka mendalam bagi keluarga dan rekan-rekan sejawatnya di kepolisian. Korban dikenal sebagai sosok yang berdedikasi, disiplin, dan sangat mencintai tugasnya sebagai penegak hukum. Banyak rekan korban yang tidak menyangka peristiwa tragis tersebut bisa terjadi ketika korban sedang menjalankan tugas.
Pihak keluarga menyampaikan harapan agar pelaku dihukum seberat-beratnya. “Kami ingin keadilan ditegakkan. Kami kehilangan sosok ayah dan suami yang luar biasa,” ujar istri korban saat diwawancarai wartawan.
Jenazah Aipda RS telah dimakamkan secara kedinasan dengan penghormatan dari kepolisian sebagai bentuk penghargaan atas pengabdiannya.
Tindakan Tegas terhadap Ormas yang Terlibat
Kasus ini kembali membuka perdebatan soal peran dan batas gerak organisasi kemasyarakatan di Indonesia. Tidak sedikit ormas yang terlibat dalam berbagai konflik horizontal dan sering kali menjadi pemicu gangguan keamanan dan ketertiban masyarakat (kamtibmas).
Pemerintah daerah Jambi bersama aparat penegak hukum kini tengah mengevaluasi izin operasional ormas yang terlibat dalam insiden penganiayaan ini. Bila ditemukan adanya pelanggaran hukum atau aktivitas di luar ketentuan, maka izin ormas tersebut bisa dicabut.
Pihak kepolisian juga mengimbau masyarakat untuk tidak segan melaporkan jika menemukan ormas yang melakukan tindakan di luar hukum. Aparat menegaskan bahwa keamanan dan ketertiban masyarakat adalah tanggung jawab bersama, bukan monopoli kelompok tertentu.
Respons Masyarakat dan Media Sosial
Berita tentang tewasnya polisi di tangan anggota ormas cepat menyebar di media sosial dan memicu gelombang kecaman dari masyarakat. Banyak netizen menyampaikan rasa prihatin dan duka, serta menyerukan agar tindakan kekerasan seperti ini tidak terulang lagi.
Tagar #JusticeForAipdaRS sempat menjadi tren di platform Twitter dan Instagram, menunjukkan solidaritas warga terhadap korban sekaligus desakan agar pemerintah menindak ormas yang meresahkan masyarakat.
Tokoh masyarakat dan akademisi juga angkat bicara, menyebut perlunya reformasi regulasi terhadap ormas agar tidak ada ruang bagi kekerasan dalam bentuk apapun. Mereka menilai negara harus hadir dan tegas dalam menertibkan organisasi yang menyimpang dari tujuan semula.
Baca juga:Polisi Periksa 7 Saksi Terkait Kematian Mita di Kebun Tebu Ogan Ilir
Perlunya Perlindungan untuk Aparat di Lapangan
Kasus penganiayaan yang menyebabkan kematian aparat ini menjadi peringatan serius bagi sistem perlindungan terhadap anggota kepolisian di lapangan.
Banyak pihak menyoroti perlunya peralatan dan pelatihan khusus agar personel lebih siap menghadapi situasi genting yang berpotensi memicu kekerasan.
Beberapa organisasi hak asasi manusia turut menegaskan bahwa tugas polisi harus mendapat jaminan keamanan dari negara. Penegakan hukum tidak boleh menjadi alasan bagi siapa pun untuk melakukan kekerasan, terlebih terhadap aparat yang sedang menjalankan fungsinya.
Baca juga:
Kesimpulan: Tegakkan Hukum Tanpa Toleransi
Kematian seorang anggota polisi akibat penganiayaan oleh ormas di Jambi menjadi tragedi yang menyedihkan sekaligus memalukan.
Tindakan ini tidak hanya menyerang individu, tetapi juga simbol negara dan penegakan hukum itu sendiri.
Oleh karena itu, respons tegas dari kepolisian dan pemerintah menjadi keharusan.
Penangkapan pelaku menjadi awal dari penegakan keadilan, namun langkah-langkah preventif juga harus diperkuat.
Evaluasi terhadap peran ormas, peningkatan pelindungan bagi aparat, serta edukasi publik akan pentingnya hukum dan ketertiban harus menjadi agenda bersama agar peristiwa serupa tidak kembali terjadi.